Gunung Gede Meletus: Sejarah dan Catatan Para Ahli

Gunung Gede Meletus: Sejarah dan Catatan Para Ahli – Gunung Gede merupakan sebuah gunung api bertipe stratovolcano yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di wilayah tiga Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Ketinggian gunung Gede berada di 1.000 – 2.958 m. dpl, dan terletak pada lintang 106°51′ – 107°02′ BT dan 64°1′ – 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.

Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan, yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini tak lepas dari asal-usul dan sejarahnya, begitu pula dengan gunung. Sejarah gunung Gede Pangrango diyakini berkaitan erat dengan legenda Sunda yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan. Selain mencatatkan nilai-nilai historis yang berupa asal mula, sebuah gunung yang aktif biasanya dikenal dengan sejarah aktivitasnya.

Sejarah Gunung Gede Meletus

Dikutip dari website Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) www.gedepangrango.org. Letusan gunung gede pertama kali terjadi pada tahun 1747-1748. Letusan yang terjadi sangat hebat dan menyebabkan 2 aliran lava bergerak dari Kawah Lanang. Letusan yang terjadi tidak biasa, karena letusan gunung ini hanya mengeluarkan lava seperti aliran lava dalam 250 tahun lalu. Kemungkinan aliran lava yang terjadi sepanjang 2 km, yang merupakan penyebab terbentuknya sumber Air Panas yang saat ini ada.

Terjadi beberapa kali letusan kecil (1761, 1780, dan 1832), gunung Gede kemudian ”tertidur” hampir 100 tahun. Kemudian, jam 3 pagi pada tanggal 12 November 1840 terjadi sebuah letusan yang besar dan sangat tiba-tiba yang membangunkan desa-desa disekitarnya dengan goncangan yang hebat dan disertai semburan api setinggi 50 m diatas kawah.

Kepulan asap dari semburan gas disemburkan dan semburan tersebut berhenti sebelum sampai di Kebun Raya Cibodas. Pada hari berikutnya, tanggal 14 November, batu-batu besar yang berdiameter 1 meter lebih, disemburkan keudara. Sebuah batu yang berukuran sangat besar mendarat di Cibeureum dengan saat kuatnya yang menyebabkan terbentuknya kawah sedalam 4 m.

gunung gede meletus
Ilustrasi: Letusan Gunung Berapi (Sinabung). Foto Antara (Sastrawan Ginting)

Sekitar tanggal 1 Desember tahun 1840, letusan disertai hujan abu disemburkan sangat tinggi mencapai 200 m diatas puncak Gede. Salah satu letusan yang sangat hebat terjadi pada tanggal 11 Desember dengan letusan sangat intens terjadi dan mengeluarkan hujan abu yang menutupi cahaya matahari dan gemuruh besar yang seringkali terjadi seperti halnya energi statis pada abu diberi listrik sehingga mengeluarkan energi.

Aktivitas letusan akhirnya berhenti pada bulan Maret tahun 1841, ketika Hasskarl seorang peneliti, dapat mengamati dan melihat dari dekat kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Seluruh pohon-pohon dihutan termasuk tumbuhan bawah terutama di bagian puncak di atas dari Air Panas hancur, sebagian terbakar, dan umumnya hancur akibat guncangan vulkanik yang sangat hebat akibat letusan.

Letusan kecil-kecil sebanyak 24 kali terjadi setelah itu dalam kurun waktu 150 tahun, yang umumnya terjadi secara secara tidak teratur. Misalnya, tahun 1852 terjadi letusan yang menghancurkan penginapan di Kandang Badak akibat diterjang batu yang sangat besar. Tahun 1886 terjadi letusan yang disertai oleh hujan abu setebal 50 cm disemburkan sampai sejauh 500 meter dari kawah, menghancurkan hampir seluruh vegetasi.

Tahun 1940-1950 beberapa kali terjadi letusan kecil-kecil. Tahun 1957 merupakan letusan gunung Gede yang terakhir, namun ini bukan merupakan hal yang melegakan, karena semakin lama suatu gunung tidak aktif, dan bila terjadi letusan, akan merupakan letusan yang sangat besar dan hebat.

Letusan Gunung Gede Menurut Catatan Para Ahli

Sejarah erupsi gunung Gede telah dibahas oleh Junghun (1843) dan Taverne (1926) dalam Kusumadinata K. dan Hamidi S. (1979), diterangkan bahwa erupsi gunung Gede pada umumnya kecil dan singkat, kecuali yang terjadi pada tahun 1747 – 1748 yang mengeluarkan aliran lava dari Kawah Lanang.

Pada tabel di bawah disajikan sejumlah catatan singkat mengenai erupsi yang telah terjadi di Gunung Gede. Periode erupsi yang terpendek kurang dari satu tahun (pada tahun 1899 terjadi beberapa kali erupsi) dan yang terpanjang 71 tahun.

1747-1748Selama periode ini terjadi erupsi hebat dan menghancurkan (Junghun, 1854)
1761Erupsi kecil yang menghasilkan hanya sedikit abu (Junghun, 1854)
1832Pada 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari kawah, dapat dilihat dari Bogor dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00, sangat halus dan berwarna kehitam-hitaman dan berhembus ke arah Jakarta (Betawi)
1840Terjadi beberapa kali erupsi besar (Hasskarl, Junghun, 1854). Pada 12 Nopember jam 03.00 malam tiba-tiba terjadi erupsi hebat, disertai oleh suara gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih kurang 50 m diatas kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor. Pada 14 Nopember, abunya ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km. Pada 22 Nopember, jam 01.00, bumi berguncang dan terdengar surara keras selama asap dan bongkah puing lava dimuntahkan, keesokan harinya puncak gunung seakan-akan seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar. Erupsi paroksisma terjadi pada 1 Desember. Jam 06.00 pagi terdengar suara bagaikan guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m diatas tepi kawah, awan asapnya mencapai ketinggian lebih kurang 2000 m diatas puncak gunung. 3 Desember, jam 06.00 sore dan kemudian 11 Desember jam 02.00 erupsi serupa ini terjadi lagi, yang terakhir disusul dengan hujan abu.
1843Pada 28 Juli, jam 23.30 hujan abu tipis
1845Pada 23 Januari, jam 10.30, tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai suara bergemuruh. Hal serupa terulang pada 5 Maret jam 22.30
1847Malam hari 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor
18488 Mei, di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal di Kawah Gede
185228 Mei, sejumlah besar batu berdiameter 2 hingga 12 kaki dan abu dilontarkan
185314 Maret antara jam 07.00 – 09.00 tiang awan membungbung
186618 September terjadi hujan abu
187029 Agustus – 30 September, bara api, uap asap sangat tebal. 3 Oktober pada jam 09.45 terdengar ledakan kuat
1885Suara gemuruh dalam Januari dan Pebruari
188610 Juni – 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman serta hujan abu
188722 Oktober
1888-1889-1891Tanggal tidak diketahui
18991 – 14 Mei suara gemuruh, sinar api diwaktu malam
1900Suara bergemuruh
19092 Mei, hujan abu dan suara bergemuruh. Menurut Taverne (1926), semuanya sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas pada hujan abu yang tipis yang hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Neumann van Padang (1951, p.72 – 74) mencantumkan bahwa erupsi ini adalah esplosi normal yang terjadi di kawah pusat
194619 – 20 Desember, tampak asap membumbung dari Kawah Ratu
19472 September, erupsi kecil dari kawah Ratu 27 September, terjadi hujan abu tipis. Pada jam 09.00 dan 09.30 awan erupsi setinggi lebih kurang 500m.
17 Oktober; pada 20.30, 20.40 dan 21.00 erupsi pendek.
1 Nopember, pada 13.40 erupsi pendek.
15 Nopember, pada jam 12.15 erupsi pendek.
28 November, pada jam 11.25 erupsi selama 2 – 3 menit.
30 Nopember, pada jam 21.27 erupsi selama 3 menit.
19488 Januari, pada jam 00.20 erupsi selama 3 menit dan semburan pasir dan lapili.
11 Januari, pada jam 21.50 erupsi selama 20 detik.
17 Januari, pada jam 15.45 terjadi erupsi pendek.
22 Januari, pada jam 00.45 dan 01.00 terjadi erupsi pendek.
25 Januari, pada jam 07.30 dan 07.32 terjadi erupsi selama 3 menit (Berlage, 1948).
28 Januari, pada jam 04.23 erupsi.
12 Nopember, pada jam 11.28 terjadi erupsi dengan awan abu lebih kurang setinggi 5000 m.
16 Nopember, pada jam 06.45 terjadi erupsi abu kelabu.
20 Nopember, pada jam 03.45 terjadi erupsi.
23 Nopember, pada jam 07.00 tampak 3 erupsi dengan awan erupsi sampai 2500 m tingginya (Adnawidjaja, 1948).
194917 Januari dan 5 Pebruari, erupsi kecil dari kawahpusat (Neumann van Padang, 1951).
195521 Juli (Djatikoesoemo, 1955). 2 Agustus, pada jam 00.20 Asap tebal hitam pekat tampak menyembur setinggi 300 – 400 m (Djajawinangun, 1955).
195628 April, pada jam 07.00, tampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan sinar, berlangsung setengah jam (Hadikusumo, 1957).
195713 Maret, pada jam 1914 – 19.16 erupsi disertai suara gemuruh, tinggi awan erupsi lebih kurang 3 km diatas kawah (Hadikusumo, 1957).
1972Menurut Hamidi (1972, p.3) dalam bulan Juli Kawah Lanang mengeluarkan asap putih yang agak tebal berbau belerang bersuara mendesis. Lokasi tempat tembusan ini telah bergeser lebih kurang 10 meter. Di Kawahratu tembusan fumarola terdapat di tebing sebelah utara, asapnya berwarna putih dengan tekanan lemah. Dasar kawahnya tertutup lumpur. Di Kawawadon, tembusan fumarola terdapat di sudut sebelah tenggara, berbau belerang berwarna putih tipis dengan tekanan rendah. Tidak ada perubahan kawah yang menyolok.
Catatan letusan gunung Gede dari tahun ke tahun

Aktivitas gunung Gede telah diamati sejak 1985 dan selama diamati, telah terjadi beberapa kali peningkatan aktivitas terutama aktivitas kegempaannya. Peningkatan terjadi diantaranya tahun 1997 dan tahun 2000.

Erupsi-erupsi gunung Gede pada umumnya berupa erupsi kecil dan berlangsung singkat. dan sifat erupsi pada umumnya hanya mengeluarkan abu atau pasir halus. Erupsi pada 1747 – 1748 diduga terjadi 2 buah aliran lava dari Kawah Lanang. Pada tahun 1890 diduga terjadi awan panas namun tidak ada laporan mengenai korban jiwa akibat erupsi gunung Gede.

Penutup

Demikianlah tulisan tentang Sejarah Letusan Gunung Gede berikut hasil Penelitian Para Ahli. Berasarkan catatan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa gunung Gede merupakan gunung yang cukup aktif melakukan erupsi. Adapun erupsi gunung dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem di sekitarnya, namun di sisi lain juga dapat menciptakan fenomena alam yang menarik. Disebutkan bahwa beberapa objek wisata alam yang berada di sekitar gunung Gede saat ini, terlahir dari aktivitas gunung tersebut di masa lalu.

Jika melihat dari catatan aktivitasnya, erupsi gunung Gede terakhir kali terjadi sekitar 50 tahun lalu. Namun demikian, gunung Gede sampai dengan saat ini statusnya masih sebagai gunung yang aktif. Untuk itu, bagi kalian penggiat lingkungan atau pecinta alam yang berencana melakukan pendakian gunung Gede dianjurkan untuk selalu berhati-hati dan patuhi instruksi pengelola serta institusi-institusi terkait.

 

Referensi:

https://www.gedepangrango.org

https://vsi.esdm.go.id

 

Bagikan tulisan ini:
INFOGEPANG
INFOGEPANG

Melayani jasa akomodasi pendakian gunung Gede Pangrango berupa penginapan, guide & porter, transport, rental perlengkapan dan paket pendakian. Informasi terkait layanan silahkan menghubungi kami.